Ramli Alba tak mengedipkan matanya
sekalipun. Saya dan beberapa warga yang menemami kami sore itu di sebuah warung kopi di Simpang Kuala Jeumpa, termasuk Keuchik Nurhadi M Yacob menyimaknya serius. Ikut terbawa dengan mimik Ramli Alba.
“Kami
baru mengenal Kerajaan Jeumpa saat mahasiswa dari Banda Aceh KKN (Kuliah Kerja
Nyata) di sini tahun 1990. Itupun hanya sekilas dan kemudian jarang dibicarakan
lagi.” Ramli Alba adalah kepala Dusun Meureudom Ratna di Gampong Kuala Jeumpa.
Saat
itu, para mahasiswa bertanya kepada warga tentang sejarah Kerajaan Jeumpa dan
makam Permaisuri Meureudom Ratna. “Tapi tak ada warga yang mampu
mejelaskannya,” ujar dia.
Ya,
Meureudom Ratna adalah Permaisuri dari Raja Jeumpa. Makamnya memang berada di
Kuala Jeumpa. Tepatnya di Dusun Meureudom Ratna. Sedangkan makam dari Raja
Jeumpa sendiri berada di Blang Seupeueng. (baca: Menggali Artefak Kerajaam
Jeumpa di Blang Seupeueng, Tabloid Trang edisi Januari 2013).
Sejarah
Kerajaan Jeumpa memang sempat tertutup saat Aceh dilanda konflik dulu. Tapi
berkah damai pasca MoU Helsinki kini telah dirasakan oleh segenap masyarakat
Aceh. Begitu pula dengan sejarah yang dulu sempat tertutup tirai, telah
tersibak kembali.
Setelah
Aceh damai, sejarah Kerajaan Jeumpa antara lain banyak diketahui berdasarkan
penuturan Muhammad Daud M Thaib (72), tokoh masyarakat Blang Seupeueng yang
juga sempat diwawancarai Tabloid Trang pada edisi sebelumnya. Daud adalah
keturunan Keujruen Sarah yang diyakini mempunyai hubungan darah dengan Raja
Jeumpa.
Tak
susah untuk mencapai Kuala Jeumpa. Meski berada di kawasan pesisir pantai, arah
Selatan dari gampong (desa) ini juga berbatasan langsung dengan Jalan Negara
Banda Aceh-Medan. Ia berada di kilometer 4 arah Kota Bireuen, pusat ibukota
kabupaten. Kita hanya perlu berjalan 150 meter dari jalan negara (Simpang Kuala
Jeumpa) untuk mencapai makam Meureudom Ratna yang terletak di tengah-tengah
perkuburan umum milik warga.
Makam
Mureudom Ratna sendiri kini telah dipugar dengan sumber dana APBA/Otsus senilai
Rp107,78 juta. Berdasarkan data yang diperoleh tim ekspedisi Tabloid Trang,
makam yang pemugarannya dilakukan 28 Mei 2012 itu memiliki volume 46 meter
persegi, dengan konstruksi beton dan terali besi di atasnya.
Namun,
cerita dari masyarakat Kuala Jeumpa menyebutkan, sebenarnya, sebelum dipugar,
telah ada pondasi yang mengelilingi makam Meureudom Ratna. “Seingat kami
pondasi itu telah lama ada. Tapi kami tidak tau kapan dan siapa yang membangunnya,”
timpal Suardi, kepala Dusun Tokoh Madsyam. Usia Suardi sendiri bila ditaksir
sudah berkepala lima.
Lalu
apakah pondasi yang telah ada sebelumnya berbentuk batu pualam atau sejenisnya
yang menggambarkan masa kejayaan Kerajaan Jeumpa? “Itu seperti batu-batu cetak,”
sebut Suardi. Hal inipun ikut dibenarkan Ramli Alba yang juga seumuran
dengannya. Saat kami berziarah ke sana, juga tak lagi terlihat pondasi tersebut.
Makam
Meureudom Ratna hanya ditandai dengan dua batu nisan biasa, dengan kain putih
dibagian nisan kepala. Ilalang dan rerumputan tumbuh di atasnya. Sebuah pohon
tua besar juga menandai makam tersebut.
Dalam ekspedisi Tabloid Trang sebelumnya yang
menelusuri jejak Kerajaan Jeumpa di Blang Sepeueng, sebuah rekam sejarah kami
lihat tertulis dalam bingkai yang rapi di meunasah setempat. Mengingat kembali
tulisan pada edisi sebelumnya yang berjudul: Saat Pemuda Cirebon Melafazkan Iyya Ka Na’budu…. Berikut kami kutip beberapa hal yang berkaitan dengan Meureudom Ratna dan
Kuala Jeumpa:
Kabupaten Bireuen dalam catatan sejarah dikenal sebagai
daerah Jeumpa. Dahulu Jeumpa merupakan sebuah kerajaan kecil di Aceh, terletak di Desa Blang
Seupeueng,
merupakan permukiman padat penduduk
dengan Bandar Pelabuhan Besar yang
terletak di Kuala Jeumpa.
Pada awal
tahun 1989 dua pemuda Cina, laki – laki dan perempuan mengunjungi makan Raja
Jeumpa, kepada
sesepuh desa mereka mengatakan berasal dari Indo Cina, Kamboja. Mereka sengaja
datang ke lokasi Kerajaan Jeumpa untuk mencari tongkat nenek moyangnya zaman
dahulu. Konon tongkat emas Raja Cina tersebut jatuh dan hilang saat menyerbu
kerajaan Jeumpa, yang kemudian ditemukan oleh Raja Jeumpa.
Kerajaan
Jeumpa pernah diperangi oleh pasukan Cina, Thailand dan Kamboja. Mereka pernah
menduduki benteng Blang Seupeueng. Disebutkan, peperangan tersebut terjadi
karena Raja Cina menculik permaisuri Raja Jeumpa yang cantik jelita, Meureudom
Ratna.
Permaisuri
Raja Jeumpa itu berhasil mereka bawa kabur sampai ke Pahang (Malaysia). Namun
kemudian Meureudom Ratna berhasil dibawa kembali ke Blang Seupeueng. Setelah
Panglima Prang Raja Kera yang berasal dari Ulee Kareung, Samalanga berhasil
mengalahkan Raja Cina.
Sejatinya,
jarak antara Blang Seupeueng dengan Kuala Jeumpa tidaklah terlalu jauh. Bila
kemudian diketahui Kuala Jeumpa merupakan Bandar Pelabuhan Besar dari Kerajaan
Jeumpa, rasanya tak mengherankan bila kemudian nisan dari Meureudom Ratna,
permaisuri Raja Jeumpa di temukan di sana.
Hal
itupula yang diyakini Keuchik Kuala Jeumpa, Nurhadi M Yacob. “Sebagai warga
kami bangga dengan situs sejarah ini. Karenanya kami melestarikannya. Tapi kami
juga butuh perhatian pemerintah agar tempat ini menjadi kawasan wisata religi
yang dapat dibanggakan masyarakat Aceh.” (mardani
malemi)