Iklan

Profil





Teungkumalemi. Nama aslinya adalah Mardani Malemi. Lahir di sebuah kampung pedalaman di Kabupaten Pidie, Aceh, 03 Mei 1981.

Teungkumalemi pertama kali diajarkan mengaji oleh Abusyik dari pihak ibunya. Lalu berlanjut belajar di meunasah dan nyantri di Dayah Tgk Syik di Peulumat Beureunuen. Disela-sela aktivitas mengaji, ia masih bersekolah di MTsN Beureunuen.

Tahun 1999 ia lulus dari MAN Sigli dan merantau ke Banda Aceh. Teknik Kimia, Universitas Syiah Kuala adalah pilihannya. Tapi ia akhirnya memutuskan keluar sebelum sempat di-drop out (DO).

Saat itulah, dunia seakan gelap baginya. Dengan mengandalkan beasiswa satu juta rupiah, ia memilih beravonturir ke pelosok pulau Sumatera dan Jawa. Dari situlah ia lebih banyak belajar tentang makna hidup. Tidur di terminal, masjid, dan stasion kereta api adalah hobinya. Meski di bawah tekanan bisikan kematian.

Awal kuliah sebenarnya ia sudah merasakan ketidaknyamanan. Tapi setelah aktif di organisasi buffer aksi, berpergian ke berbagai pelosok daerah konflik dan mengikuti training HMI, ia sedikit bisa melupakan ’ketidaknyamanan’ itu.

Cobaan kembali datang saat memasuki semester tiga. Secara perlahan kesehatan jiwanya drop dan lingkungan seakan meninggalkannya. Tapi beravonturir telah mengubah pandangan hidupnya. Ia kembali ke Banda Aceh menjelang seleksi masuk Perguruan Tinggi (PT) tahun 2002 dan kembali kuliah di Fakultas Ushuluddin, Jurusan Aqidah dan Filsafat IAIN Ar-Raniry. Hanya butuh waktu 3,5 tahun baginya untuk menyelesaikan kuliah di sana.

Selama kuliah di IAIN, ia juga aktif di HMI. Menjadi pengurus dan instruktur, hingga Master of Training. Sekaligus menyabet juara pertama lomba karya tulis ilmiah tingkat mahasiswa melalui karya berjudul, ”Menggapai Sarjana ’Bismillah’”. Ia juga mulai magang pada sebuah koran mingguan. Tsunami kemudian datang menghempas Aceh dan ia menjadi salah satu korbannya. Pasca itu, Teungkumalemi bekerja sebagai wartawan di Harian Rakyat  Aceh. Grup Jawa Pos yang menancapkan kakinya di Aceh setelah tsunami.

Selama kiprahnya sebagai wartawan, ia aktif meliput sejak Aceh masa konflik. Aceh pasca tsunami, dan Aceh pasca damai. Ia juga beberapa kali menerima fellowship dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia dan menulis buku, “Wajah Retak Media” dan “Shady Deals” bersama para jurnalis se-Indonesia. Selain itu, ia pernah meraih penghargaan dalam lomba menulis yang diselenggarakan Kementerian Negera Pendayagunaan Aparatur Negara (PAN) bersama jurnalis Kompas dan Jawa Pos, melalui karyanya yang berjudul, “UUAP untuk Gaya Kepemimpinan Irwandi/ Nazar.”

Pada masa rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh, ia juga terlibat sebagai penulis untuk buku-buku terbitan BRR Aceh-Nias, perusahaan jasa konsultan asal Jakarta, dan NGO lokal untuk menumbuhkan kembali semangat berkarya para korban tsunami. Ia juga membantu mengisi kekosongan tenaga pengajar di IAIN Ar-Raniry sebagai Asisten Dosen.

Selain itu, ia juga pernah ikut dalam misi sosial bersama kapal rumah sakit Angkatan Laut Amerika, USNS Mercy. Menembus wilayah pedalam Aceh dengan speedboat dan helikopter.

Kini, Teungkumalemi bekerja sebagai redaktur di Harian Aceh. Koran lokal lainnya yang juga terbit sesudah tsunami. Disela-sela aktivitas rutin sebagai jurnalis, ia masih terus fokus menggeluti dunia perbukuan, karena menulis baginya adalah ‘obat’. Ia juga sempat kuliah di Pascasarjana IAIN Ar-Raniry.

Teungkumalemi yang telah memperistrikan Mauliati S. Pd. I, gadis Gampong  Cumbok, Lam Meulo kini hidup dalam sebuah keluarga kecil, di bawah buaian anak mereka El-Khansa Azzaheera. Sehari-hari ia dapat dihubungi melalui Email: teungkumalemi@yahoo.com.

.

Posting Komentar

2 Komentar

Nice noete...heheh,,,hmmm,,,mantap. Sudah lama tak bersua, dan kapan saia bisa memiliki buku novelnya,,,,ntar saia ganti dengan uangnya,,,eheheh.....Mau pergi ke rumah tak tahu alamatnya....
Nice noete...heheh,,,hmmm,,,mantap. Sudah lama tak bersua, dan kapan saia bisa memiliki buku novelnya,,,,ntar saia ganti dengan uangnya,,,eheheh.....Mau pergi ke rumah tak tahu alamatnya....